Blogging and Writing Mentor Edisi Januari 2021: Rahasia Menulis Picture Book (Dian Mariesta - Malaysia)


Tidak sedikit kebanyakan orang mengatakan membuat buku cerita anak itu mudah dan tidak memerlukan waktu. Toh, hanya terdiri tiga sampai lima kalimat pada setiap halamannya. Namun, ketika ditantang untuk menuliskannya, ternyata jauh dari yang dibayangkannya. Apalagi tidak sama cara menulis cerita pendek pada umumnya.

Dan, Blogging & Writing Mentor kali ini akan menyuguhkan rahasianya dengan mengundang Mbak Dian Mariesta, yang berdomisili di Malaysia, sudah menelurkan beberapa antologi cerita anak bergambar. Adapun kegiatan ini semakin dimeriahkan dengan kehadiran seorang moderator berdomisili di Saudi Arabia, Mbak Angie Kamalia.

Yuk, disimak rahasianya!

Pagi-pagi olahraga
Naik sepeda kita ke kantor
Selamat datang semuanya
Di acara Blogging and Writng Mentor

Makan bakso di kaki lima
Minumnya es kelapa muda (segerrr)
Jumpa lagi dengan Angie Kamalia
Ibu muda dari Saudi Arabia

Masak rendang pakai santan
Makannya di rumah mantan
Jangan lewatkan materi Kak Dian
Pasti mengasyikkan

Mari kita simak profil Mbak Dian Mariesta berikut ini;



RAHASIA MENULIS PICTURE BOOK

Saat ditawari menjadi narasumber, saya bingung mau memberikan tema apa. Namun setelah berdiskusi dengan Mbak Ananda dan dibantu oleh Mbak Ira, akhirnya kita memutuskan terkait picture book.
Nah, kenapa, ya, memilih tema tersebut?

Tunggu sampai akhir, ya, Teman-teman.

Jatuh Cinta dengan Cernak

Sebenarnya berkecimpung di dunia menulis anak masih sedikit, kurang lebih baru dua tahun. Karena, saya masih belum banyak ilmu yang bisa diagikan. Tentu, satu jam ke depan saya mencoba memberikan ilmu tentang picture book ini yang selama ini saya pelajari. Ketika nanti teman-teman ada tambahan, dipersilakan untuk menanggapinya, ya.

Pasti untuk mengenali sesuatu, di dalam benak selalu bertanya ‘Kenapa harus cerita anak bergambar?’ ‘bukan cerita non fiksi?’, atau ‘cerita fiksi yang banyak digemari?’
Nah, ada suatu alasan atau jawaban yang dapat menggerakkan saya untuk semangat mengerjakannya.

Saya ingin sekali menuliskan dan menerbitkan buku cerita anak bergambar yang bisa dibaca oleh anak perempuan saya secara menyenangkan. Ia suka sekali membaca buku. Nah, berawal dari sana pilihan-pilihan bukunya menjadi keingintahuan saya untuk memilah apakah cocok atau tidak dengan nilai visi misi keluarga kami, bahasa, sampai tingkat usianya. Contohnya saat ini, ia sangat suka sekali membaca buku yang berbahasa Inggris, dan ingin saya kenalkan dengan buku-buku yang berbahasa Indonesia.

Selain itu, saya ingin menularkan kebiasaan baik yang dimilikinya yaitu membaca kepada orang-orang sekitar. Dan ini, berlanjut pada dua tahun yang lalu, saya mengikuti kelas menulis cerita anak, walaupun saat itu sudah beranggapan ‘pasti gampang, deh, buat buku cerita anak’, apalagi saya sering membacakan buku cerita kepada anak saya. Kemudian setelah mengikuti kelas tersebut, saya dikritik untuk lebih sering membaca buku anak agar mendapatkan ide yang lebih menarik. Ternyata memang tidak semudah itu. Tantangannya pada saat membuat satu kalimat pendek, tetapi pembaca, anak-anak, bisa memahami artinya. Bahkan kita harus mempunyai bekal memahami psikologi anak dan tahap tumbuh kembang anak.

Jenis Buku Anak

Dari jenis-jenis buku anak, kita seharusnya sudah mengetahui, kita ingin menulis cerita anak untuk usia berapa.
- Word Book/Board Book, untuk anak 0-3 tahun dengan bahan lembut dan tebal agar tidak mudah rusak oleh anak-anak. Pun, tulisannya sangat sederhana. Biasanya satu kata dan satu gambar.

- Picture Book. Ada dua jenis dari picture book.
- Picture Book: kosakatanya lebih sederhana dan untuk usia di atas 3 tahun. Sekitar empat ratus kata dalam satu buku. Kalimat per halamannya satu sampai dua kalimat.
- Picture Storybook: bedanya dengan picture book adalah jumlah kata dan rentang usia 4-5 tahun. Biasanya sekitar dua sampai lima kalimat setiap halamannya. Walaupun ada beberapa picture book yang lebih dari lima kalimat, tetapi hanya pendek. Tujuan ini berdasarkan rentang fokus anak-anak yang masih pendek.

- Chapter Book. Ada dua jenis.
- Chapter Book: mempunyai ciri khas banyak tulisan dan rentang umur lebih tinggi. Jumlah katanya lebih banyak dibandingkan Easy Reader.
- Easy Reader: untuk anak-anak yang baru bisa membaca secara mandiri. Jumlah kata dalam bukunya di atas tiga ribu lima ratusan kata.

- Novel. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, yang membedakan antara Middle Grade dan Adult Grade pada jumlah kata, ketebalan buku dan kompleksitas kata yang digunakan.

- Others. Sudah hampir teman-teman ketahui bentuknya seperti apa saja, ya.

Menulis Cerita Anak: How To

Pada BWM bulan November 2020 yang telah disampaikan oleh Mbak Nesri, cara membuat cerita anak kurang lebih sama. Hanya ada beberapa poin yang berbeda.
- Tema: Harus melekat dengan keseharian anak-anak.
- Tokoh dan karakter: diperlukan tokoh dan karakter yang jelas untuk anak-anak, seperti tokoh A berkarakter ceria sedangkan tokoh B sering marah-marah.
- Setting: umumnya tergantung tema.
- PoV: sering menggunakan PoV 1 dan 3.
- Plot: menarik untuk dibahas lebih lanjut. Namun, yang sering saya gunakan dengan cara B.M.E (Beginning, Middle, Ending).

Beginning, biasanya untuk memperkenalkan tokoh. Teknik yang digunakan untuk memulai bermacam-macam. Bisa dibuka dengan dialog, menggambarkan latar cerita atau dengan tindakan dari si tokoh.

Middle, sudah menceritakan tentang konflik cerita. Jadikan si tokoh menemukan halangan dan masalahnya. Konflik ini sebagai kunci utama dari suatu cerita anak. Diharapkan setelah anak selesai membaca, bisa memetik pesan yang kita tulis.

Ending, perlu diberikan catatan penting pada akhir cerita, usahakan si tokoh bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Tujuan ini melatih anak berpikir kritis untuk mencari solusi.

Menyiapkan Kerangka Cerita

Teknik yang digunakan banyak, tetapi yang saya gunakan dari Room to Read dan Pixar. Seperti contoh pada materi.

Contoh kerangka ini bisa digunakan jenis cerita mana pun. Namun, yang membedakan menulis picture book dengan cerita anak, adalah membuat panduan narasi dan ilustrasinya.

Kenapa harus ada panduan ilustrasinya? Untuk memudahkan ilustrator untuk menggambar sesuai cerita kita.

Pada contoh naskah picture book antologi yang saya berikan, berjumlah lima halaman. Sedangkan untuk membuat picture book solo, rata-rata 24-32 halaman. Sebuah tantangan membuat satu konflik dengan penggalan kalimat yang pendek pada setiap halaman.

Tips lainnya

- Penting membaca banyak referensi sebagai inspirasi menulis.
- Tentukan usia pembaca terlebih dahulu.
- Hindari deus ex machina. Suatu istilah dunia kepenulisan yang digunakan sudah lama di mana penulis mengalami hambatan melanjutkan kisahnya sehingga ia melakukan jalan pintas untuk menyelesaikan konflik cerita.

Sedangkan pada buku anak diharapkan saat anak-anak membaca dapat mencari solusi konflik dari diri si anak. Selain itu, pesan moralnya terlihat agar melihat berpikir kritis.

- Banyak latihan.

Alhamdulillah, materi yang disampaikan oleh Mbak Dian Mariesta begitu jelas dan padat. Jika ingin melihat dokumen materinya, silakan klik tautan di sini.

SESI TANYA JAWAB

Manajemen waktu

T: Mbak Dian, manajemen waktu sehari-harinya seperti apa? (Ira Trinyoto - Malaysia)
J: Alhamdulillah, sejak Aqila sudah sekolah. Saya mempunyai waktu selama Aqila di sekolah bisa mengerjakan apa pun dari pagi sampai siang. Ketika Aqila di rumah, saya sudah lepas dari layar gawai. Sebenarnya sudah dijelaskan oleh Ibu Profesional terkait kandang waktu. Lalu, saya alokasikan setiap jamnya untuk hal yang berbeda. Namun, ketika pandemi, saya kembali mencari waktu yang sesuai, karena kita harus mendampinginya. Sedangkan spesifik untuk menulis, harus situasi yang tenang. Waktu pagi paling tepat, tetapi belum dalam bentuk naskah utuh, masih kerangka naskah.

J: Menulis itu butuh mood dan inspirasi. Jadi, lebih cocok membawa catatan kecil. (Tanggapan Angie Kamalia - KSA)


Picture Book atau Cerita Pendek Anak

T: Mbak Dian lebih suka picture book atau cerita pendek anak? Kenapa? Pernah gak membuat yang picture book non fiksi? Dan juga tips agar digemari anak-anak. (Ananda Putri Maharani - Malaysia)
J: Saya lebih suka menulis picture book, karena lebih menantang. Sampai saat ini belum pernah mencoba membuat picture book non fiksi. Namun, baru mau aku dalami seperti ensiklopedia. Sejauh yang saya pahami buku anak non fiksi punya Aqila bentuknya artikel tetapi dikemas bahasanya untuk anak-anak.

Tips jitu yang saya baca, hal terpenting adalah lima poin yang sudah dijelaskan dan gambar yang ditampilkan apakah berwarna atau tidak berwarna.

Pengalaman Membuat Naskah Picture Book

T: Boleh mendengar cerita pengalaman dari Mbak Kia dan Mbak Ananda? (Ira Trinyoto - Malaysia)
J: Nah, boleh banget itu!

J: Dari pengalaman membuat naskah picture book non fiksi adalah riset data yang akurat dan mengemas menjadi cerita yang disukai oleh anak-anak. Ketika direvisi beberapa kali, naskah yang saya buat saat itu tidak mengangkat ‘bagaimana bisa’ dari hewan tersebut. Contoh rentang hidup hewan tersebut di lingkungannya, karakteristik khas pembeda hewan sejenisnya, dan lain sebagainya. (Tanggapan Ananda Putri Maharani - Malaysia)

J: Sebenarnya pengalamanku membuat buku anak baru berjalan satu tahun. Hanya satu kali membuat bentuk ensiklopedia tentang fakta tubuh manusia. Memang lebih menantang dibandingkan bentuk cerita anak lainnya. Namun, sejauh yang saya tulis disuruh memilih, saya akan menjawab cerita dewasa. Sedangkan untuk cerita anak, gambar yang disertakan ingin dibuat oleh saya sendiri, agar tersampaikan apa yang saya mau. (Wafi Azkia Zahidah - Malaysia)


Penutup

Masyaallah Tabarakallah, ternyata dibalik buku anak yang sederhana, begitu banyak tahapan dan pertimbangan yang harus dibuat.

Naik fery ke Malaysia
Pulangnya ke Tanjung Pandan
Terima kasih untuk semuanya
Semoga acara ini menebar manfaat dan kebaikan

Buka buku untuk dibaca
Sambil ditemani kopi
Salam hangat dari saya
Izin pamit undur diri

Salam Hangat,
Tim Rumbel Literasi Ibu Profesional Asia




No comments