Tahukah Bunda, pola asuh yang kita terima saat kecil bisa mempengaruhi cara kita mengasuh anak ketika sudah menjadi orang tua? Bagaimana jika kita diasuh oleh lebih dari satu keluarga saat kecil? Yuk, simak kisah Mbak Zarra Miantina Putrie dari Malaysia dalam sesi 1 JLD Ibu Profesional Asia.
Zarra dan Masa Kecilnya.
Mbak Zarra lahir sebagai anak kembar dari ibu bekerja yang telah memiliki
anak berusia 2 tahun. Mengasuh 3 anak di bawah 5 tahun tentu bukan hal yang
mudah. Meski ibu Mbak Zarra memiliki pengasuh yang membantunya dan beliau
bekerja di Puskesmas yang tidak jauh dari rumah, keluarganya terutama nenek
dan budhe (kakak perempuan ibu) Mbak Zarra merasa khawatir melihat kerepotan sang ibu. Sehingga pada saat berusia 5 bulan, Mbak Zarra diasuh oleh
budhenya dan tinggal bersama keluarga mereka di Pacitan.
Karena inilah Mbak Zarra sejak
kecil berpisah dari keluarga kandungnya dan baru setelah agak besar sering mengunjungi mereka. Meskipun diasuh oleh keluarga dekat, Mbak Zarra tetap merasakan adanya perbedaan dari cara pengasuhan budhe dan ibunya.
Walaupun tetap ada benang merahnya, yaitu pola asuh yang tegas, disiplin dan mengutamakan pendidikan agama, akhlak serta tata krama.
Zarra dan Pola Asuhnya Terhadap Anak
Pola asuh tegas dan disiplin yang diterima oleh
Mbak Zarra, sedikit banyak terbawa dalam karakternya hingga dewasa. Keluarga budhe selain dalam pengasuhannya berpedoman pada Al Qur'an dan Hadits juga sangat menjunjung tinggi tata krama/kesopanan.
Menurut Mbak Zarra dulu jika melakukan kesalahan meski kecil akan ditegur dengan keras. Contohnya ketika makan kerupuk, suaranya agak keras akan ditegur, "Makan itu yang sopan, jangan sampai bersuara keras!" Kaki bersila di kursi juga tidak boleh, karena kaki harus di bawah. Dan kepada orangtua harus bahasa krama inggil.
Menurut Mbak Zarra dulu jika melakukan kesalahan meski kecil akan ditegur dengan keras. Contohnya ketika makan kerupuk, suaranya agak keras akan ditegur, "Makan itu yang sopan, jangan sampai bersuara keras!" Kaki bersila di kursi juga tidak boleh, karena kaki harus di bawah. Dan kepada orangtua harus bahasa krama inggil.
Berbekal pengalaman diasuh oleh budhe dan ibunya, serta mengamati keluarga suami yang lebih easy going dalam mengasuh anak-anaknya selama tidak melanggar aturan agama, Mbak Zarra mencoba mengambil hal-hal baik dari ketiga keluarga tersebut. Yaitu, concern untuk tetap berpedoman pada Al Quran dan hadits, juga adab/tata krama tapi dengan pendekatan yang lebih lembut dan cara penyampaian yang lebih baik kepada anak. Meskipun tegas tapi santun dan berusaha menjadi teladan yang baik.
Selain itu Mbak Zarra juga belajar dari buku-buku pengasuhan seperti Islamic
Parenting, Prophetic Parenting dan teori-teori dari para pakar
parenting seperti Ayah Edy dan Ibu Elly Risman. Mbak Zarra juga mengikuti pelatihan
Enlightening Parenting yang diselenggarakan oleh Ibu Okina Fitriani beserta tim untuk mengambil ilmu-ilmu yang baik dan menerapkannya dalam pengasuhan anak mereka.
Untuk itu, dalam mendampingi putrinya, Almira Hafidhah yang berusia 4,5 tahun belajar di
rumah, Mbak Zarra membuat kurikulum yang sesuai dengan tujuan parenting tersebut.
Dalam sehari kegiatan Nayya diisi dengan hafalan (surat-surat Al Qur’an), baca Iqra’/tilawati,
belajar matematika dan bahasa Inggris, mind skill development, bermain
dengan games Montessori dan tak ketinggalan kegiatan fisik. Tentu dalam
pelaksanaannya semua aktivitas ini disesuaikan dengan keinginan anak mana dulu yang ingin ia kerjakan.
Zarra dan Bidang Self Improvement
Diasuh oleh budhe yang seorang guru, membuat Mbak Zarra concern dalam bidang pendidikan dan pengembangan diri. Sejak kuliah sudah suka memberi les privat
dan mengajar serta menjadi asisten laboratorium kampus.
Sebenarnya Mbak Zarra
sudah mendapatkan approval untuk melanjutkan S3 ke Jepang. Tapi Allah
rupanya memiliki rencana lain untuk beliau karena sebelum terwujud, Mbak Zarra
diberi anugerah hamil sehingga memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dan
mendampingi suami bekerja dan tinggal di Padang Jawa, Shah Alam, Malaysia.
Kecintaan Mbak Zarra di bidang
pendidikan ini, membuatnya bercita-cita ingin mendirikan sebuah preschool
jika mereka kembali ke Indonesia suatu saat nanti.
Zarra dan Baking
Untuk mengisi waktu luangnya, selain
menjadi guru untuk Nayya, Mbak Zarra menyalurkan hobi bakingnya. Kesukaannya
pada baking ini lagi-lagi merupakan pengaruh dari keluarga. Ketika masih
tinggal bersama budhenya, Mbak Zarra ikut membantu putri sulung beliau yang memiliki
usaha pesanan kue-kue basah dan kering.
Hal ini tentu saja membuat Mbak Zarra tidak kesulitan memikirkan penganan apa yang bisa disajikan untuk Nayya.
Mulai dari donat, brownies, bakpau, pizza, cinnamon roll, risoles sampai lemper
bisa dibuatnya. Namun yang paling mudah menurut bagi Mbak Zarra adalah pisang coklat
keju dan bread pudding. Nanti kita tunggu Mbak Zarra berbagi resepnya di
Kamis Boga ya.
Untuk menutup sesi 1 JLD, Mbak Zarra
memberikan kutipan favoritnya sebagai berikut:
“Ada kalanya kita terpeleset
melakukan kesalahan tapi jangan sampai hal itu menjadi kesalahan yang sia-sia. Jadikanlah sebagai pembelajaran. Respon yang baik dan benar ternyata belum
cukup, perlu ditambah dengan “memberdayakan”. Semoga kita bisa membersamai anak
yang merupakan amanah yang Allah titipkan ke kita menjadi teladan yang
baik dan benar; bisa memberikan respon yang baik, benar dan memberdayakan, serta
bisa mempertanggungjawabkan dengan baik besok di akhirat. Aamiin.”
Terima kasih inspirasinya, Mbak Zarra!
Terima kasih inspirasinya, Mbak Zarra!
No comments