Bismillahirrohmaanirrohiim ~
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Halo teman-teman, setelah proses panjang dari New Chapter 2020 di Ibu Profesional Asia, alhamdulillah kegiatan di Rumah Belajar Literasi kembali berjalan seperti biasa. Di bulan Agustus ini kita akan belajar tentang Sistematika Penulisan Buku Bagi Pemula. Penasaran kan?
Kali ini Blogging & Writing Mentor diisi oleh pemateri dan merupakan salah satu anggota Rumah Belajar Literasi bernama Mbak Wafi Azkia Zahidah yang berdomisili di Malaysia. Selain penulis buku, beliau juga aktif menulis di blog pribadinya www.wafiazkia.com.
Nah, langsung saja yuk kita simak kegiatan Blogging & Writing Mentor bersama Mbak Kia yang dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus lalu menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Kegiatan ini juga dimoderatori oleh Mbak Mardiati Nasution yang berdomisili di Jepang.
---------------------------------------------------------------------------
Bismillah, sebelum memasuki sistematika kepenulisan, ada 3 poin penting yang perlu diperhatikan sebelum menulis buku: Luruskan niat, perbanyak membaca dan perluas relasi.
3 POIN PENTING
Luruskan Niat
Sebetulnya apa sih pentingnya niat dalam menulis? Kan menulis ya tinggal menulis saja gitu ya.
Tujuan utamanya bukan untuk mencari uang, bukan untuk terkenal, bukan untuk gaya-gayaan.
1. Sebenarnya tujuan-tujuan tersebut sah-sah saja, namun kalau itu dijadikan tujuan utama, ketika Allah SWT kehendaki tidak tercapai, kita akan kecewa di sana.
2. Ketika kita tidak mendapatkan tujuan dunia kita, dan tidak berpengaruh apa-apa ke akhirat kita, akhirnya kita masuk ke merugi. Iya ngga sih?
Jadi, niat yang seperti apa?
Silahkan masukkan niat apapun itu selagi itu baik, namun masukkan kebermafaatan di sana. Karena, ketika ilmu itu bermanfaat, ketika ilmu itu bisa mempengaruhi orang lain atau setidaknya menjadi pintu hidayah bagi orang lain. Itu akan berdampak positif yang besar, padahal kita hanya menulis saja. Eh, ternyata 1 kalimat atau 2 kalimat justru menjadi pembuka pintu hidayah bagi orang lain, Maa Syaa Allah banget itu ya.
Perbanyak Membaca
Saya pernah mengikuti kelas menulis buku solo, coach-nya mewajibkan kami minimal punya 20 buku tentang topik yang ingin kita tulis. 20 buku itu kan banyak ya, ternyata setelah saya mulai menulis, memang sangat terasa. Jika kita banyak membaca, tulisan kita jadi berdaging. Jadi bukan hanya opini-opini kita saja di dalamnya, tetapi juga berisi pendapat-pendapat para ahli, pendapat penulis sebelumnya. Nah, di sanalah letaknya urgensi perbanyak membaca. Karena bagaimanapun, penulis itu lahir dari seorang pembaca.
Perluas Relasi
Nah, ini Berkaitan dengan poin setelahnya.
LANGKAH AWAL
Ikuti Kelas Literasi
Untuk apa? Karena kita akan punya semangat menulis, ketika kita berada di lingkaran orang-orang yang sehobi dengan kita. Misalnya, kita hobi masak nih, terus kita punya grup/komunitas yang sama-sama suka masak, kita kan jadi terpacu ya melihat dia share masakannya. Dalam artian, kita punya sikap positif yang sama dengan passion kita. Jadi kita semakin bersemangat untuk itu.
Plus, dengan mengikuti kelas literasi, relasi kita akan bertambah. Ketika kita mengikuti kelas/komunitas, itu kan rata-rata isinya ada penerbit, ada penulis buku terkenal. Jadi, link-link untuk kita dapatkan info-info tentang kepenulisan itu jadi makin banyak saat kita mengikuti kelas literasi ini.
Awali dengan Menulis Buku Antologi
Sebelum kita memulai untuk menulis buku solo/sendirian, saya menganjurkan untuk memperbanyak menuliskan buku-buku antologi.
Untuk apa & apa manfaatnya? Untuk membiasakan diri kita dengan ritme menulis dengan timing yang ditetapkan oleh panitia antologinya. Plus, di antologi ini biasanya kita belajar dari awal sekali, bahkan PUEBI juga akan diajarkan di sini. Jadi, dari 0 pun, dari kita tidak bisa menulis, dari kita tidak tahu kata baku/tidak baku, dengan menulis buku antologi ini insyaaAllah untuk menjadi pijakan menuju buku solo itu bagus sekali.
SISTEMATIKA PENULISAN BUKU
Rumuskan Tema
Sebelum menentukan akan menulis buku solo, tentukan dulu tema.
Usahakan tema ini yang kita banget. Dalam artian, buku yang akan kita tulis ini adalah apa yang menggambarkan kita. Misalnya, saya sering share tentang puisi di media sosial, lalu saya membuat buku tentang cara membuat puisi, puisi tentang cinta, atau puisi tentang persahabatan. Itu akan membuat orang tertarik, karena sudah mem-branding dengan puisi. Atau misalnya ada yang sering share tentang bisnis, dan akhirnya ia membuat buku tentang bisnis, itu kan daya tariknya jadi ada ya, karena dia sudah mem-branding tentang itu.
Atau kita juga bisa mengambil tema dari genre buku kesukaan kita. Misalnya, kita suka buku novel seperti karya Tere Liye, Habiburrahman, atau siapa. Nah, karena kita suka baca novel, akhirnya kita tertarik juga nih untuk membuat novel, ya itu juga tidak apa-apa. Gaya bahasa kita tidak akan kesulitan ketika kita sudah sering membaca buku dengan genre yang akan kita tulis tersebut. Contoh lain, kita sering membacakan buku anak ke anak kita, dan kita ingin menulis buku anak, nah itu kan pesannya akan sampai ya karena kan sehari-hari kita membaca buku itu untuk anak. Jadi terbiasa.
Dengan kita merumuskan tema yang kita banget atau dengan genre buku yang kita suka, setidaknya tulisan kita akan mengalir apa adanya.
Jabarkan Outline
Poin ini penting setelah tema. Fungsi menjabarkan outline, jadi nanti kita tidak ada lagi alasan kalau kita tidak ada ide. Jadi, naskah kita itu tidak akan berdebu lama di Ms. Word karena tidak ada ide. Jadi, outline ini kalau saya pribadi itu lebih efisien ketika saya mem-break down-nya jadi per BAB. jadi semacam membuat daftar isi, tapi secara kasar.
Ketika kita sudah menjabarkan outline ini jadi lebih mudah dan lebih mengalir. Contoh, di BAB 1 kita sudah bahas tentang komunikasi. BAB 2 tentang apa, begitu seterusnya.
Ketika kita sudah memiliki outline ini, tulisan kita jadi lebih tersusun dan lebih tertata, dan tidak akan kehilangan ide. Apalagi sampai berfikir: Eh, aku nulis apa lagi ya?
Ini penting untuk dijabarkan di awal, agar keinginan kita untuk membuat buku itu tidak hanya wacana atau planning belaka.
Pasang Target
Di awal saya sudah katakan, mengapa menulis buku antologi dianjurkan sebelum menulis buku solo.
Karena dengan menulis buku antologi, kita sudah terbiasa dengan target-target. Di sini penting bagi kita untuk menetapkan target kapan kita ingin menyerahkan buku kita ke penerbit.
Rasanya seperti mustahil ya? Namun saat kita sudah menetapkan target ini akan membuat menjadi lebih terstruktur. Jadi, pembahasan kita lebih runtun, teratur, dan tidak mengulang-ulang pembahasan yang sama di setiap BAB.
Identifikasi Kebutuhan Pendukung
Belajar dari kesalahan saya, ternyata tidak semua penerbit menyediakan editor. Maka, kita perlu mengidentifikasi dari awal apa saja kebutuhan kita dalam menulis buku solo ini.
Apakah kita perlu edtor? Apakah perlu ilustrator untuk buku ini? Dan diusahakan jangan sampai mendadak. Karena kalau mendadak, itu akan membuat kita sakit perut & pusing sendiri nantinya.
Karena kita di awal sudah memiliki target kapan harus diserahkan ke penerbit kan? Dan dikhawatirkan kalau terburu-buru, kita akan mendapatkan ilustrator yang fee-nya tidak sebanding dengan kualitas gambarnya. Dan menjadi tidak maksimal. Karena kita tidak mengidentifikasi kebutuhan kita di awal.
Maka, kita perlu untuk mengidentifikasi kebutuhan kita apa saja.
Self Editing
Usahakan jangan terlalu rajin mengedit ketika masih asyik ngetik. Itu akan menghabiskan waktu dan menjadi tidak efisien. Self editing dilakukan ketika naskah benar-benar sudah selesai semua. Agar tidak mengganggu ide & timeline yang sudah kita buat, dan lain sebegainya.
Tentukan Spesifikasi
Ini penting, agar kita mendapatkan penerbit yang sesuai dengan budget kita, cocok dengan buku yang akan kita terbitkan itu buku apa. Contoh spesifikasi: book paper kah, kertas hvs kah, dicetak board book kah, full color kah, hitam putih, dan spesifikasi lainnya. Itu penting juga untuk ditetapkan di awal sebelum kita mencari penerbit agar kita tidak kerja dua kali.
Serahkan ke Penerbit
Penerbit secara garis besar ada 3:
Mayor: penerbit besar, akan dijual di toko buku terkenal seperti Gramedia. Minus-nya: harus sabar. Bahkan ada yang menunggu 6-12 bulan baru ada jawaban dari penerbit mayor.
Kemudian ada penerbit Indie dan Self-publishing.
PROSES DI PENERBIT
Editing (Optional Penerbit)
Catatan: tidak semua penerbit menyediakan editor.
Pembuatan Layout
Penerbit akan membuatkan layout. Proses ini akan memakan waktu agak lama.
Pemilihan Cover
Biasanya penerbit akan memberikan pilihan 4-5 pilihan cover yang bisa penulis pilih. Penulis bisa saja membuat cover sendiri. Hanya saja, dikhawatirkan size yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh penerbit.
Ngantri ISBN
Ini dilakukan melalui penerbit.
Open PO
Setelah beberapa tahapan di atas, barulah kita bisa open PO.
Mungkin ini saja materi yang bisa saya sampaikan.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
-----------------------------------------------------------------
Itulah tadi pemaparan materi dari Mbak Kia. Selain pemaparan yang sudah dirangkum di atas, materi Mbak Kia juga bisa diakses di sini.
Semoga bermanfaat!
Salam hangat,
Tim RUMBEL Literasi Ibu Profesional Asia.


No comments