Blogging & Writing Mentor Juli 2020: Pingin Ngeblog Tapi Tak Sempat? Tips Agar Bisa Konsisten Menulis

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

 Hai, Para Pejuang Literasi. 

Apa kabar semuanya? Semoga dalam keadaan sehat dan semangat menebar literasi yaa. Alhamdulillah bulan Juli 2020 kemarin, Rumah Belajar Literasi mulai mengadakan kegiatan rutin setiap bulannya yaitu Blogging & Writing Mentor (BWM) sepanjang New Chapter ini. 

Sudah 8 bulan yang lalu terakhir kegiatan ini kita terakhir kali belajar tentang 'Menghasilkan Uang dari Menulis: Kenapa Tidak?' oleh Dian Mariesta dari Malaysia.
Tema BWM kali ini adalah Pingin Ngeblog Tapi Tak Sempat? Tips Agar Bisa Konsisten Menulis yang dibawakan oleh Fiftarina Puspitasari dari Singapura. 

Yuk, langsung saja kita simak materi dan diskusi yang sudah berlangsung di Whatsapp Group Rumah Belajar Literasi IP ASIA.

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum teman-teman, adakah yang sudah membaca materinya? Dipersilahkan komentar, pertanyaan dan curcolan-nya (baca: curhat colongan) yaa...

Anggie: Ingin pintar menulis, ingin konsisten menulis tumbuh kembang kedua anakku.. Cuma semua niat aja.

Jawaban: Mba anggie, kata orang kalau sesuatu itu penting bagi kita, kita akan serius mencari waktu luang untuk mengerjakannya, jadi bukan menunggu waktu luangnya datang.

Wafi: Lebih ke teknis sih mba.. Idealnya kan memang sebaiknya kita pilih satu niche dalam blog, dengan berbagai tema yang masih setopik dengan niche yang kita pilih. Tapi kalau saya masih memilih niche-nya “gado-gado” memangnya ada efek gak baguskah mba untuk blog saya?

Soalnya saya kadang suka ragu untuk menulis di blog kalau tema-nya melenceng banget. Misal dominan isinya tentang parenting.. Eh saya mau membahas misalnya tentang sejarah atau sirah kok rasanya ragu gitu.. Apa saya bikin blog lagi?

Jawaban: Sebetulnya kalau mba Kia memang sudah memutuskan topik tertentu berdasarkan passion yang diminati dan sudah banyak pembaca yang mantengin blog-nya dilanjutkan saja satu topik per-blog.

Kuatirnya kalau topiknya berpindah-pindah, pembacanya jadi bingung. Karena biasanya pembaca mencari orang yang expert di bidangnya.

Di kasus ini, kalau memang passion atau minatnya ada 2, kedua blog terpisah lebih baik.

Beda lagi kasusnya kalau masih blogger pemula, belum tahu nih enaknya menulis apa saja sih, yang penting menulis saja dulu, topik bisa beragam. Sambil jalan, dia bisa mengamati, oh ternyata aku lebih enjoy menulis tentang ini. Oh, ternyata, pembacaku lebih banyak merespon saat tulisanku tentang ini. Dari situ bisa mulai dikerucutkan lagi topiknya jika mau.

Ira: Indikator SEO ini seperti hashtag gitu kah?
Jawaban: SEO bukan hashtag. Hashtag itu memudahkan kita sebagai penulis atau pembaca yang datang ke blog menelusuri artikel yang masih di topik yang sama. Jadi semacam label gitu ya.

SEO itu lebih ke teknik bagaimana artikel blog kita lebih mudah ditemukan oleh search engine seperti Google, Yahoo, Bing.

Jika Blog kita memperhatikan SEO, akan lebih besar kemungkinan ditemukan oleh pengguna internet lewat search engine, sehingga bisa merangkul lebih banyak pembaca.

Ananda: Menyambung pertanyaan mba Kia berarti memang niche blog itu mempengaruhi semangat kita juga ya? Blogku pun juga rasa “gado-gado”. Kadang kebanyakan efek ‘bawang’nya. Kadang hanya tentang keseharian saja. Lebih banyak moody banget.

Untuk mempertahankan semangat nge-blog itu contoh konkritnya bagaimana ya mba? Perlukah membuat planning nge-blog?

Jawaban: Isinya curhat juga gak apa sih kak, mungkin supaya lebih bermanfaat curhatnya dikemas dengan tips bagi orang yang mengalami situasi serupa, atau ada hikmah yang bisa diambil. Dari situlah tulisan kita menjadi unik.

Untuk mempertahankan semangat blog, pertama kali kenali strong why-nya dulu, lalu bikin action plan supaya terlaksana. Pelan-pelan aja bikinnya, jangan mulai dari yang muluk-muluk dulu.

Misal, aku aktif ikutan nulis barengnya RBL, sebulan sekali mesti setor.

Tanggapan Ananda: Iya mba, mesti sering membenahi niat awal ngeblog.

Jawaban: Setuju mba Nanda. Aku juga pernah mengalami turun semangat seperti itu. Waktu serasa habis, lalu aku tanya pada diri sendiri, blog ini mau diapain, dibiarkan saja? Dan hati kecilku masih berkata aku masih ingin menulis.

Jadi ya itu, aku bikin semacam checklist perlu ngapain aja untuk menuntaskan satu tulisan, terus dikerjain pelan-pelan.

Tanggapan Ananda: Betul mba. By the way, baru ingat kalau ‘Buku-ide’ itu harus di wadah yang sama kah? Misal tulis di satu buku khusus.

Tanggapan Dian: Ide ‘Buku-ide’ ini aku suka banget deh.. Kadang kalau idenya tidak dicatat dulu, kadang suka menguap yaa.. Hilang dia entah ke mana.

Jawaban: Kalau bisa satu buku jadi memudahkan mba karena di sana semua ada. Dulu saya pernah punya buku beneran tentang ini, pas sudah habis rasanya nostalgia baca isinya, semua tentang mimpi-mimpi topik di blog.

Kalau sekarang saya pakai “Evernote” saja biar lebih gampang. Kalau buku sering dibuat mainan sama anak.

Dian: Kalau mentok sama ide untuk menulis, biasanya ngapain mba?

Jawaban: Kalau buku idenya lagi kosong, biasanya bisa coba mencari ide-ide dari beberapa tempat.

Misal komunitas pembaca. Contohnya kalau aku pribadi suka stalking di FB Groupnya busui (baca: ibu menyusui), membaca apa sih problem mereka yang mungkin bisa jadi topik artikel baru.

Lalu mengintip Google Search Console. Di sini kita bisa mengecek dengan keyword apa saja pembaca mendarat di blog kita. Kadang-kadang dari situ kita bisa menemukan banyak keyword baru yang belum ada artikelnya.

Yang terakhir mengintip blogger lain yang topiknya serupa juga bisa ya.

Mardiati: Seberapa penting sih kita pakai domain itu mba? Apakah ini bisa meningkatkan kepercayaan pembaca? Ada hubungan dengan SEO gitu mba? (masih maju mundur pakai domain)

Jawaban: Kupikir tergantung tujuan menulis blog-nya. Misal kalau untuk mencatat perkembangan anak sehingga nanti bisa jadi referensi kita pribadi dan anak-anak saat sudah besar, boleh-boleh saja, tidak perlu domain seperti .com

Tapi kalau kita ingin serius jadi blogger profesional yang menjadi ‘authority expert’ di mata pembaca, maka domain seperti .com itu jauh lebih baik.

Kembali lagi ke kita-nya ya.. Banyak juga yang awalnya tidak menggunakan domain sendiri, tapi ketika blognya semakin besar dan pembacanya bertambah baru pindah domain.

Yuk kita mulai dari yang mudah dulu aja..

Kita tumbuhkan semangat, mumpung ada teman-teman buat saling menyemangati. Jadi tidak usah malu-malu tulisanku masih … (semua sama-sama belajar).

Dan satu lagi, banyak orang malu menampilkan blognya karena menurutnya warna tidak cakep, layout-nya belum keren.

Padahal yang lebih penting itu tulisannya dulu, apalagi di jaman sekarang orang-orang pada akses blog lewat handphone, tampilan blog yang keren itu gak terlalu kelihatan sebetulnya. Jadi fokuslah di tulisan dulu teman-teman.

Demikian, Blogging & Writing Mentor IP Asia bulan Juli 2020. Terima kasih banyak, Mba Rina yang sudah membagikan ilmunya. Bagi bunda-bunda yang ingin berkenalan langsung dengan Mba Rina, dapat mengunjungi blognya di https://livingwithlowmilksupply.com dan https://fiftarina.com.

Salam hangat,

Rumah Belajar Literasi
Ibu Profesional Asia


No comments