Blogging & Writing Mentor Edisi Oktober 2020: Swasunting Dahulu, Memublikasikan Kemudian (Khalida Fitri - Saudi Arabia)

 


Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Halo Ibu pembelajar dan Pejuang Literasi dimana pun berada.
Apa kabar semuanya?

Semoga sehat dan tetap semangat menebar kebaikan melalui literasi ya.

Kegiatan rutin bulanan Blogging and Writing Mentor (BWM) bulan Oktober ini akan ditemani oleh salah satu sahabat kita Mbak Khalida Fitri sebagai narasumber. Beliau merupakan salah satu member Rumah Belajar Literasi Ibu Profesinal Asia yang berdomisili di Saudi Arabia. Kali ini Mbak Khalida akan membahas tentang Swasunting Dahulu, Memublikasikan Kemudian.

Agenda ini dilaksanakan pada hari Senin, 26 Oktober lalu melalui aplikasi Zoom Meeting. Dan dimoderatori oleh Mbak Chaeriyatun Nissa Auliyani yang berdomisili di Malaysia.

Yuk kita simak liputannya.

-----------------------------------------------------------------

Berkenalan dengan Swasunting

Tulisan adalah sebuah karya yang dapat kita nikmati dan apresiasi. Sebuah tulisan yang berkualitas tidak terlepas dari proses pengeditan yang baik. Pengeditan bisa dilakukan secara mandiri oleh penulis. Inilah yang dikenal dengan istilah Swasunting.

Swasunting atau sering dikenal dengan self-editing adalah suatu proses menyunting secara mandiri. Proses ini bisa dilakukan setelah penulis menyelesaikan draft tulisannya. Swasunting ini sangat penting untuk menghindari adanya kesalahan-kesalahan dalam tulisan seperti: bahasa yang berantakan, salah ketik yang dapat menyebabkan perubahan makna baru (misal baku jadi baru, nabi jadi babi), minim tanda baca (tidak pakai titik koma), dll.

Editor profesional mengatakan bahwa kebiasaan kita dalam menerbitkan tulisan tanpa swasunting terlebih dahulu itu menunjukkan abainya penulis terhadap bahasa. Sementara kesalahan yang paling banyak ditemukan dalam tulisan adalah kesalahan bahasa. Salah satu penulis di Amerika mengatakan: “It is perfectly to write garbage, as long as you edit brilliantly. “

Konten yang bagus jika ditulis dengan amburadul menjadi tidak menarik. Jadi menulis yang baik itu disertai dengan pengeditan yang baik. Tulisan disajikan dengan rapi agar menarik untuk dibaca dan memberikan efek kepada pembaca. Pakar penyuntingan Indonesia mengatakan: “Membaca dan menulis ibarat saudara kandung. Menulis dan menyunting ibarat dua sejoli. Wujudkan ketiganya dalam diri untuk membentuk jalinan literasi”- Bambang Trim-.

Ernest Hemingway mengatakan :” Draft satu adalah sampah. Ketika kita menulis, tulis saja apa yang ada di pikiran. Draft tulisan ini ibarat sampah, belum dipoles, belum diapa-apain.

Mengapa Swasunting Terlebih Dahulu

  1. Hampir seluruh penulis dunia melakukan swasunting terlebih dahulu. Seperti halnya Ernest Hemingway pernah menyunting naskahnya tulisannya sebanyak 39 kali. Penulis Rusia pernah bahkan sampai menghabiskan karet penghapusnya karena bolak-balik menyunting naskahnya.
  2. Swasunting dapat meningkatkan profesional, kualitas, dan kredibilitas tulisan kita. Tulisan kita menjadi lebih rapi sehingga tumbuh kepercayaan pada pembaca.
  3. Proses swasunting meminimalkan kesalahan yang terdapat dalam tulisan kita.
  4. Disayang editor. Kalau kita mau menerbitkan tulisan, pasti melewati editor terlebih dahulu. Kalau tulisan kita berantakan kita dicap sebagai penulis yang teledor dan acak-acakan, atau bahkan tulisan dikembalikan atau dirombak oleh editor. Kalau kita mendapat kepercayaan bisa mendapat rekomendasi dari editor.

Bagaimana Memulai Proses Swasunting

  1. Jangan menulis sambil menyunting. Mulailah menyunting setelah draft tulisan selesai. Jika menulis sambil swasunting prosesnya akan menjadi lama.
  2. Diamkan sejenak tulisan kita sebelum menyunting.
  3. Jangan terbuai dengan tulisan sendiri.
  4. Posisikan diri sebagai pembaca untuk tulisan kita sehingga kita bisa melihat secara objektif. Minta oranglain untuk membaca tulisan kita untuk mendapat saran dan pendapat.
  5. Bacalah dengan keras tulisan kita.
  6. Koreksi komposisi bahasa. Seperti ejaan, diksi dll
  7. Libatkan rasa dalam menulis.
  8. Periksa legalitas dan norma kesopanan dalam tulisan. Contoh: sumber kutipan, sumber gambar, harus disertakan sumber aslinya dengan jelas. Perhatikan juga norma kesopanan terkait pornografi, hoaks dll.
  9. Periksa data dan fakta. Pastikan data dan faktanya dengan jelas. Menulis nama orang perhatikan gelarnya dll.
  10. Benahi semua salah tik/ tipografi.
  11. Berani tega untuk memangkas kata-kata yang tidak dibutuhkan. Kalau tidak tega, tulisannya menjadi gendut dan tidak fokus.
  12. Periksa kembali apakah ada bagian yang tidak logis atau bolong logika. Misalnya salju bulan Desember di Singapura. Ini tidak logis ya. Jadi perhatikan kembali kelogisan kalimat dalam tulisan.
  13. Rajin membaca rujukan seperti: PUEBI dan KBBI.
  14. Baca berulang kali sebelum diposting atau dikirimkan ke penerbit.


Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Swasunting

  1. Diksi: pilihan kata yang tepat dan selaras.
  2. Ejaan: terdiri dari pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca dan penulisan unsur serapan.
  3. Kalimat: merupakan kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Biasanya semakin banyak kata dalam kalimat akan semakin sulit keterbacaan. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa jika kata-katanya lebih dari 24 itu sulit keterbacaannya.
  4. Paragraf: bagian dalam bab yang mengandung kumpulan kalimat. Dua kalimat sudah cukup menyusun sebuah paragraf.

-----------------------------------------------------------------

Itulah tadi pemaparan materi dari Mbak Khalida. Selain pemaparan yang sudah dirangkum di atas, materi Mbak Khalida juga bisa diakses di sini.

Teman-teman juga bisa berkenalan lebih dekat dengan Mbak Khalida, dengan mengunjungi blog pribadinya di coretankoi.com.

Semoga bermanfaat!

Salam hangat,
Tim RUMBEL Literasi Ibu Profesional Asia


No comments