Bermain adalah salah satu aktivitas penting bagi anak. Apalagi saat mereka memasuki usia aktif. Banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan bermain, misalnya sebagai salah satu sarana anak mengekspresikan perasaannya.
Begitu pentingnya bermain, salah satu sarananya, yaitu mainan anak adalah salah satu benda yang paling sering dibeli oleh para orang tua. Berbagai macam mainan tersedia di pasaran yang dapat kita pilih. Mainan edukatif, soft toys, mainan dengan karakter favorit anak, board games, dan lain-lain. Saking banyaknya pilihan, kita pun dibuat bingung memilih mainan mana yang tepat untuk anak.
Untuk menjawab kebingungan itu, mbak Putriana Perwitasari, penanggungjawab Rumbel Playdate IP Asia didampingi oleh mbak Tulus Wirawati Trinyoto sebagai moderator, memberikan tips Memilih Mainan dengan Prinsip Montessori di sesi diskusi whatsapp grup Ibu Profesional Asia minggu lalu.
Kenapa Montessori?
Banyak orang tua yang ragu saat ingin menerapkan prinsip Montessori dalam aktivitas bermain anak. Salah satu alasannya adalah materi atau aparatusnya yang mahal. Padahal, menurut mbak Putri, Montessori bukan tentang memiliki materi atau aparatusnya, kok.
Ibu pembelajar bisa mempelajari prinsip dasar materi atau aparatus Montessori dan mengaplikasikannya dalam memilih mainan untuk anak atau menampilkan mainan yang sudah dimiliki agar lebih tepat guna.
Berikut adalah prinsip yang bisa kita gunakan dalam memilih mainan anak.
Memilih Mainan dengan Prinsip Montessori
1. BERFAEDAH
Menurut Dr. Montessori, kebahagiaan anak yang sedang santai dan bersenang-senang hanya bersifat sementara. Anak akan lebih bahagia ketika bisa mempelajari hal baru dan mengurus dirinya sendiri. Jadi, pilih mainan yang dapat membantu anak mencapai tujuan tersebut. Misalnya mainan seperti balok, playdough maupun pretend play yang bisa menstimulasi sensori, motorik dan daya imajinasi anak.
2. MINIMUM DISTRACTION
Mainan dengan banyak fitur bisa menyebabkan anak merasa kewalahan dan tidak fokus. Untuk menghindari hal ini pilih mainan yang sesuai dengan aktivitas yang ingin kita lakukan bersama anak. Misalnya kita mau anak mengeksplorasi warna, maka cari mainan yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Sedangkan jika kita ingin anak belajar bentuk, maka pilih mainan dengan satu warna atau memiliki tone senada (tidak mencolok).
3. HANDS ON
Anak kecil belajar dengan seluruh inderanya. Oleh karena itu penting sekali memilih mainan yang memerlukan "manipulasi" dari anak dan membuat anak bergerak.
Dalam Montessori, contoh mainan hands on adalah anak belajar alfabet dengan cara meraba sand paper untuk mengaktifkan muscle memorynya. Permainan hands on sangat baik untuk merangsang motorik anak dan mempersiapkan mereka untuk aktivitas menulis nantinya.
Bagi anak yang masih dalam fase oral, orang tua dapat memilih mainan hands on yang tidak berbahaya jika tanpa sengaja masuk mulut. Misalnya, pasta yang dimasak dan diberi pewarna, biji-bijian. Memang ada sedikit pro kontra tentang bermain dengan bahan makanan ini. Yang kontra biasanya menyayangkan jika bahan makanan itu nantinya akan dibuang setelah dipakai bermain. Padahal jika diolah dan disimpan dengan benar, bahan makanan tersebut bisa digunakan berkali-kali dan bisa bertahan lama.
Untuk itu, sebaiknya kita memilih mainan anak dari yang sederhana dan bertahap naik tingkatnya sampai ke yang kompleks. Sehingga anak pun bisa menikmati proses bermainnya. Misalnya, kenalkan anak dengan krayon warna dasar dulu (merah, biru dan kuning) sebelum mengenal warna sekunder dan gradasi. Atau beli puzzle dari yang kepingnya besar dan jumlahnya sedikit agar mudah bagi anak untuk merangkainya sendiri dan kemudian tertantang untuk menyelesaikan puzzle yang lebih rumit.
Misalnya, jika anak hanya suka bermain mobil-mobilan dan tidak tertarik bermain playdough, kita bisa menyiasatinya dengan mencari cetakan playdough berbentuk mobil atau membuat aktivitas dengan playdough bertema kendaraan. Jadi harus kreatif ya, Ibu-ibu.
Dengan menggunakan prinsip Montessori dalam memilih mainan anak, selain anak memperoleh sarana bermain yang tepat guna, kita juga tidak buang-buang uang untuk mainan yang kurang berfaedah. Sehingga bisa mengalokasikan dana untuk hal lain yang lebih penting.
Lagipula, sebenarnya mainan terbaik yang bisa didapatkan oleh anak adalah orangtuanya yang mau turun ke lantai untuk bermain bersama mereka.
Selamat bermain!
Bagi anak yang masih dalam fase oral, orang tua dapat memilih mainan hands on yang tidak berbahaya jika tanpa sengaja masuk mulut. Misalnya, pasta yang dimasak dan diberi pewarna, biji-bijian. Memang ada sedikit pro kontra tentang bermain dengan bahan makanan ini. Yang kontra biasanya menyayangkan jika bahan makanan itu nantinya akan dibuang setelah dipakai bermain. Padahal jika diolah dan disimpan dengan benar, bahan makanan tersebut bisa digunakan berkali-kali dan bisa bertahan lama.
4. SIMPLE TO COMPLEX
Mainan anak berkualitas bagus biasanya harganya tidak murah, sehingga terkadang orang tua berniat untuk berhemat dengan membeli mainan yang bisa dipakai lama. Sayangnya tidak sedikit pilihan orang tua terlalu ribet untuk dipakai oleh anak karena tidak sesuai dengan usianya.
Untuk itu, sebaiknya kita memilih mainan anak dari yang sederhana dan bertahap naik tingkatnya sampai ke yang kompleks. Sehingga anak pun bisa menikmati proses bermainnya. Misalnya, kenalkan anak dengan krayon warna dasar dulu (merah, biru dan kuning) sebelum mengenal warna sekunder dan gradasi. Atau beli puzzle dari yang kepingnya besar dan jumlahnya sedikit agar mudah bagi anak untuk merangkainya sendiri dan kemudian tertantang untuk menyelesaikan puzzle yang lebih rumit.
5. FOLLOW THE CHILD
Supaya mainan yang kita beli tidak hanya menjadi pengisi kotak mainan, sebaiknya pilih mainan yang sesuai dengan minat anak. Untuk itu, menurut mbak Putri kita perlu mengamati anak agar tahu apa yang sedang dia minati.
Observasi anak untuk mengetahui hal yang sedang diminatinya dan beri mainan yang mendukung.Biasanya minat anak akan suatu hal akan berubah seiring dengan usia, sehingga orang tua tidak perlu terlalu khawatir jika anak hanya berminat pada satu jenis mainan saja. Namun, kita juga perlu mengenalkannya pada permainan lain dengan cara menyisipkan permainan tersebut secara perlahan dan konsisten.
Misalnya, jika anak hanya suka bermain mobil-mobilan dan tidak tertarik bermain playdough, kita bisa menyiasatinya dengan mencari cetakan playdough berbentuk mobil atau membuat aktivitas dengan playdough bertema kendaraan. Jadi harus kreatif ya, Ibu-ibu.
6. MINIMAL INTERRUPTION
Suka gemas saat anak bermain nggak sesuai dengan cara yang kita tahu dan berusaha mengajarkan dia cara yang benar menurut kita? Tahan, Ibu-ibu. Biarkan anak-anak bermain dengan bebas dan menemukan sendiri cara yang benar.
Banyak aparatus Montessori bersifat self-correcting. Artinya, anak akan sadar sendiri jika ia menggunakan mainan tersebut dengan cara yang salah. Hal ini untuk mengurangi interupsi karena itu sama saja dengan distraksi.
Aplikasinya, biarkan anak berkreasi dengan mainannya walaupun tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.
Ingatlah, bahwa tuan rumah dalam proses bermain ini adalah anak, bukan orang tua.
Dengan menggunakan prinsip Montessori dalam memilih mainan anak, selain anak memperoleh sarana bermain yang tepat guna, kita juga tidak buang-buang uang untuk mainan yang kurang berfaedah. Sehingga bisa mengalokasikan dana untuk hal lain yang lebih penting.
Lagipula, sebenarnya mainan terbaik yang bisa didapatkan oleh anak adalah orangtuanya yang mau turun ke lantai untuk bermain bersama mereka.
Selamat bermain!
Credit images:
Images by Rudy and Peter Skitterians and DarkWorkX from Pixabay
Images by Rudy and Peter Skitterians and DarkWorkX from Pixabay
No comments