Tanya Jawab Blogging & Writing Mentor Edisi September 2020

Bismillahirrohmaanirrohiiim ~

Untuk materi Blogging & Writing Mentor edisi September 2020 bersama Mbak Putriana Perwitasari bisa dilihat di sini ya.

Berikut tanya jawab saat kegiatan berlangsung.

--------------------------------------------------------


ANAK YANG TIDAK SUKA MEMBACA

Q: Menurut Kak Uut, (red. Nama panggilan Kak Putriana) ada gak anak yang tidak suka membaca? Atau memang kurang stimulasi saja? Karena memang banyak teman-teman yang cerita, bagaimana, sih, biar anak-anakku suka baca? Soalnya aku bingung sendiri saat menjawabnya? (Dian Mariesta - Malaysia)


Q: Sepertinya kurang stimulasi, ya, Mbak? (Tanggapan Chairun Nisa RZ - Malaysia)


A: Menurutku mungkin pengalaman membacanya kurang menyenangkan. Misal saat dibacakan, emosinya sedang tidak baik, mengantuk, lapar. Atau cara membacakan orang tuanya tidak serius. Jadi harus dicari cara lain.


A: Dibandingkan dengan masa kecilku dengan Lulu, anakku, aku ingin sekali mempunyai banyak buku seperti ensiklopedia dan lain-lainnya. Hanya saja saat itu sungkan untuk diucapkan. Selain itu, kurang diperkenalkan kepada buku, sehingga aku kurang suka membaca. Nah, beda dengan Lulu. Sejak awal sudah kuperkenalkan dengan buku. Setiap kami berpergian, selalu mampir ke rak buku dan buka-buka halamannya. (Tanggapan Indri Rizkina Hapsari - Singapura)


--------------------------------------------------------


MENGHIDUPKAN 'READ ALOUD' DI RUMAH


Q: Kalau menurut Kak Uut, tips menghidupkan ‘Read Aloud’ di rumah? Terutama suamiku yang termasuk tipe hemat dalam berkata. (Chairun Nisa RZ - Malaysia)


A: Menurutku dengan tidak memaksanya. Jika mau membacakan kepada anak-anak, tidak apa dengan caranya. Sampai ingin meluangkan waktu membacakan saja harus kita berikan apresiasi untuknya. Berikan kesempatan, insyaallah jika terbiasa akan lebih mengalir. Walaupun caranya tidak sesuai dengan kita.


A: Mungkin yang patut kita syukuri adalah tercipta bonding. Justru itulah tujuan utamanya, bukan hanya dapat literasinya saja. (Tanggapan Indri)


Q: Berarti kita perlu tetapkan waktu 15 menit/hari/anak, ya, Kak? Misal apakah boleh kalau tidak 15 menit? (Tanggapan Nisa)


A: Lima belas menitnya tidak harus digabung, bisa dipisah-pisah dalam sehari itu. 


--------------------------------------------------------

MEMBACAKAN BUKU BEDA BAHASA & SPEECH DELAY

Q: Kebanyakan buku di rumah berbahasa Arab dan Inggris, tetapi kami sedang fokus kepada Bahasa Indonesia semua secara komunikasi sehari-hari. Karena mempunyai rencana ingin memasukkan ke sekolah berbahasa Arab, jadi ingin memantapkan Bahasa Indonesia dulu. Nah, ketika membacakannya kami bacakan secara Bahasa Indonesia, apakah boleh? Lalu sebaiknya gimana? (Angie Kamalia - Arab Saudi)


A: Saya sendiri dicampur. Ada berbahasa Indonesia dan Inggris. Namun jika kita membacakan buku berbahasa asing lalu kita terjemahkan ke Bahasa Indonesia, rasanya tidak maksimal dalam proses ‘Read Aloud’-nya. Misal bonding dan essensi cerita mungkin masih dapat, tapi dari esensi linguistik tidak maksimal. Karena yang kita baca dan ucap berbeda. Jadi kembali kepada tujukan Kakak Anggie, jika ingin fokus kepada bonding-nya, tidak mengapa. Namun harus mencari cara lain untuk mengisi bahasanya. Apakah harus mencari buku berbahasa Indonesia atau menggunakan kaidah lain, contoh Montessori. 


Jadi, pencapaian berbahasa Indonesia ingin sampai mana, jika hanya bisa berkomunikasi, cukup saat bercakap sehari-hari. Kalau ingin mengerti sampai menulis, bisa mencari cara lain seperti mencetak buku-buku di internet. Begitu juga dengan buku berbahasa Arab dan Inggris. Harus kita bacakan dengan bahasa tersebut. Selain itu, kita bisa berbagi tugas dengan suami. Kita membacakan dengan bahasa Inggris, suami dengan Bahasa Indonesia. Jadi kita harus fokus terlebih dahulu, mau mahir berbahasa apa. 


A: Aku setuju apa yang dikatakan Kak Uut. Jadi tergantung jenis sekolah anak-anak nanti. Saat Aqila, aku mengajarkannya Bahasa Inggris terlebih dahulu karena ingin mendaftarkan Aqila ke sekolah yang menggunakan Bahasa Inggris atau Bahasa Melayu. Setelah Bahasa Inggrisnya sudah lancar, baru kuajarkan Bahasa Indonesia-nya. (Tanggapan Dian)


Q: Mbak Dian, semenjak usia berapa Aqila diajarkan Bahasa Inggris? Bagaimana jika sebaliknya? Ajarkan Bahasa Indonesia terlebih dahulu, baru Bahasa Inggris. (Tanggapan Nisa)


A: Betul, Mbak Nisa. Dari usia bayi sampai usia 4 atau 5 tahun selalu menggunakan Bahasa Inggris. Kalau sebaliknya, kembali kepada kemampuan anaknya masing-masing, lebih siapnya yang mana. (Jawaban Dian)


A: Yang penting lebih sering diperdengarkan Bahasa yang mana terlebih dahulu. Lalu dilatih terus-menerus. Jika Mbak Nisa ingin memutuskan dimulai dari usia 4 tahun diajarkan Bahasa Asing, harus komitmen setiap saat menggunakan bahasa asing yang dimaksud. 


Q: Ada teman yang seperti itu, tetapi anaknya mengalami keterlambatan bicara. (Tanggapan Nisa)


A: Keadaan speech delay, yang pernah aku baca, disarankan menggunakan bahasa Inggris terlebih dahulu. Kenapa? Karena penggunaan fonetic-nya lebih sesuai dibandingkan berbahasa Indonesia. Sebenarnya speech delay ada penyebab dasar utamanya, bukan sekedar bingung bahasa. Mungkin anaknya jarang diajak berinteraksi. Jadi jika sudah ada gejala speech delay, lebih baik menggunakan satu bahasa.


--------------------------------------------------------


MEMBACAKAN SEMUA JENIS BUKU

Q: Saya masih bingung, jadi Read Aloud ini membacakan buku dengan suara nyaring? Jenis semua buku bisa, kah? Atau cocok untuk satu anak belum tentu anak lain? Lalu bedanya dengan dongeng? (Wafi Azkia Zahidah - Malaysia)


A: Read Aloud ini sebenarnya istilah baru, di mana zaman dulunya dinamakan kegiatan membaca buku. Bukan sesuatu yang mempunyai teknis khusus. Intinya kita membacakan dengan suara nyaring, anak mendengar apa yang kita bacakan. Kalau cocok atau tidaknya, seharusnya cocok, ya. Mungkin proses awalnya butuh waktu dan pembiasaan. Dongeng itu cerita khayalan atau fantasi. 


--------------------------------------------------------


READ ALOUD Vs STORY TELLING 


Q: Bedanya Read Aloud dengan Story Tellling? (Tulus Wirawati Trinyoto - Malaysia)


A: Story Telling ini lebih menceritakan dongeng tanpa menggunakan buku. Saat kita menceritakan, bisa mengimprovisasi. Namun, tidak ada batasan baku. Jika buku yang kita bacakan bergenre dongeng dan kita bacakan dengan nyaring, termasuk Read Aloud juga. Memang secara pribadi aku mengurangi dongeng atau fantasi, karena yang aku pelajari usia anak dibawah 6 tahun belum bisa membedakan. Lebih baik diberikan yang konkrit. 


--------------------------------------------------------


ANAK TIDAK MENYUKAI BUKU SEUSIANYA

 

Q: Bagaimana jika anak kita tidak menyukai buku-buku sesuai usianya? Lebih memilih diatas rentang usianya? (Indri Rizkina H - Singapura)


A: Kalau menurutku tidak apa. Jadi pedoman usia pada setiap buku merupakan batas bawah, bukan batas atas. Apalagi kalau anaknya suka, jangan dipaksakan.


A: Sedikit sharing juga. Ini seperti yang aku rasakan. Ada rasa khawatir melihat anakku membaca buku diatas rentang usianya. Namun ini kembali kepada orang tuanya. Bagaimana mereka mendampinginya, apalagi ini cukup bagus melatih reading comprehension. (Tanggapan Dian)

 


Semoga bermanfaat!

Salam hangat, 
Tim RUMBEL Literasi Ibu Profesional Asia




No comments